Jumat, 18 Februari 2011
Tanggap Bencana Erupsi Merapi tahun 2006
Erupsi 14 Juni 2006 diperkirakan menjadi awal dari siklus panjang selama beberapa tahun ke depan. Gunung Merapi dalam catatan pernah mengalami erupsi dengan fluktuasi yang panjang. Fluktuasi tersebut berlangsung selama sembilan tahun mulai 1992 hingga 2001. Pada kurun waktu tersebut terus terjadi erupsi yang ditandai dengan guguran lava pijar dan awan panas. Sehingga status Gunung Merapi selalu berubah naik turun hampir setiap tahun.
Bahkan pada saat status terendah, yakni aktif normal, pada kurun waktu 1992-2001 tersebut Gunung Merapi masih juga mengeluarkan guguran lava pijar dan awan panas. Namun karena tingkat bahayanya rendah dan diperkirakan tidak mengancam kehidupan masyarakat di sekitarnya, status Gunung Merapi tidak dinaikkan. “Peristiwa erupsi tahun 1992, 1993, 1994, 1997, 1998 dan 2001 merupakan satu rangkaian erupsi yang terus berurutan. Naik turunnya aktivitas dan status Gunung Merapi dalam kurun waktu tersebut bisa diartikan sebagai fluktuasi yang panjang. Yang paling menarik perhatian memang hanya tahun 1994 karena menelan korban jiwa, Setelah erupsi pada tahun 2001, aktivitas Gunung Merapi tampak tenang dengan status aktif normal. Namun sejak pertengahan tahun 2005 aktivitasnya meningkat kembali hingga terjadi erupsi besar pada tanggal 14 juni 2006.
Erupsi panjang yang terjadi tahun 1992-2001 tersebut terjadi setelah Gunung Merapi menjalani masa istirahat yang cukup lama, yakni mulai tahun 1986 hingga 1992. Ini mirip dengan erupsi Merapi 2006 yang terjadi setelah beristirahat selama lima tahun mulai 2001 hingga 2005. Sedangkan erupsi tahun 1986 juga merupakan akhir dari erupsi panjang yang terjadi sejak tahun 1980-an. “Dengan demikian tidak tertutup kemungkinan paska erupsi tahun 2006 hingga beberapa tahun mendatang, erupsi yang ditandai dengan guguran lava pijar dan luncuran awan panas masih akan terus terjadi. Karena arahnya ke selatan maka kawasan di sebelah selatan Merapi tingkat bahayanya paling tinggi. Sehingga tingkat keamanan bagi penduduk maupun wisatawan menjadi paling rawan,”
Bahkan pada saat status terendah, yakni aktif normal, pada kurun waktu 1992-2001 tersebut Gunung Merapi masih juga mengeluarkan guguran lava pijar dan awan panas. Namun karena tingkat bahayanya rendah dan diperkirakan tidak mengancam kehidupan masyarakat di sekitarnya, status Gunung Merapi tidak dinaikkan. “Peristiwa erupsi tahun 1992, 1993, 1994, 1997, 1998 dan 2001 merupakan satu rangkaian erupsi yang terus berurutan. Naik turunnya aktivitas dan status Gunung Merapi dalam kurun waktu tersebut bisa diartikan sebagai fluktuasi yang panjang. Yang paling menarik perhatian memang hanya tahun 1994 karena menelan korban jiwa, Setelah erupsi pada tahun 2001, aktivitas Gunung Merapi tampak tenang dengan status aktif normal. Namun sejak pertengahan tahun 2005 aktivitasnya meningkat kembali hingga terjadi erupsi besar pada tanggal 14 juni 2006.
Erupsi panjang yang terjadi tahun 1992-2001 tersebut terjadi setelah Gunung Merapi menjalani masa istirahat yang cukup lama, yakni mulai tahun 1986 hingga 1992. Ini mirip dengan erupsi Merapi 2006 yang terjadi setelah beristirahat selama lima tahun mulai 2001 hingga 2005. Sedangkan erupsi tahun 1986 juga merupakan akhir dari erupsi panjang yang terjadi sejak tahun 1980-an. “Dengan demikian tidak tertutup kemungkinan paska erupsi tahun 2006 hingga beberapa tahun mendatang, erupsi yang ditandai dengan guguran lava pijar dan luncuran awan panas masih akan terus terjadi. Karena arahnya ke selatan maka kawasan di sebelah selatan Merapi tingkat bahayanya paling tinggi. Sehingga tingkat keamanan bagi penduduk maupun wisatawan menjadi paling rawan,”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar