Facebook

Jumat, 18 Februari 2011

OPERASI SEARCH AND RESCUE EVAKUASI BANJIR BENGAWAN SOLO SUKOHARJO 2007

Selasa malam, 25 Desember '07, hujan di kota Solo terasa lama dan belum ada tanda-tanda akan berhenti. Pagi harinya 26 Desember ’07, beberapa lokasi di Kota Solo, terutama Solo bagian timur-selatan menampakkan tanda-tanda akan tergenang air hujan. Genangan yang terjadi Solo bagian selatan cukup parah, Bengawan Solo meluap. Ketinggian air pada banjir kali ini lebih tinggi dari banjir-banjir sebelumnya. Kejadian banjir setahun sebelumnya tidaklah terlalu parah, banjir hanya terjadi beberapa tempat di sempadan Bengawan Solo dan beberapa lokasi di Kecamatan Jebres. Banjir yang terjadi pada akhir 2006 lalu sebenarnya merupakan banjir insitu dimana air yang menggenangi bukan merupakan banjir kiriman dari daerah hulu/ atas Bengawan Solo. Banjir pada akhir 2006 lalu, yang terjadi hanya beberapa saat itu, adalah disebabkan karena besarnya presipitasi hujan pada saat itu, dan karena buruknya drainase kota Solo.
Pada kejadian banjir Desember 2007 lokasi dengan kerusakan terberat akibat banjir berada di daerah Kelurahan Joyotakan dan sekitarnya. Beberapa kelurahan lain yang sempat terkena genangan air hujan dan luapan Bengawan Solo antara lain : Kelurahan Joyotakan (hingga setinggi dada orang dewasa), Jagalan, Semanggi, Sangkrah, Pasar Kliwon, Kampung Sewu, dan Pucangsawit. Beberapa warga di lokasi banjir tampak mengungsi. Hingga siang hari tanggal 26 Desember '07, ketinggian air terus naik. Luapan tersebut juga diakibatkan pembukaan pintu air di waduk Serbaguna Wonogiri. Pintu air dibuka karena volume waduk terus bertambah. Dari informasi di Harian Umum Solopos ketinggian muka air waduk yang dapat ditampung adalah 136 m, sedangkan pada saat itu sudah mencapai 135,5 m, sehingga pintu air harus dibuka, untuk menghindari kejadian yang lebih berbahaya.

Kondisi geografis Kota Solo sendiri sebenarnya memang berpotensi untuk terjadi banjir. Secara geomorfologi, Kota Solo terletak pada suatu cekungan yang dibatasi beberapa dinding atau igir alam. Di sebelah timur Solo berdiri Gunung Lawu, sebelah barat laut ada Gunung Merapi dan Merbabu, sedangkan di sebelah selatan berderet memanjang Pegunungan Seribu. Di beberapa igir alam tadi, sebagian drainase dan pengaliran airnya mengarah melewati Kota Solo, sehingga apabila debit yang mengalir ke Solo cukup besar, dan drainase Kota Solo jelek, maka potensi banjir dapat menjadi kenyataan, seperti yang terjadi pada Desember 2007.





0 komentar:

Posting Komentar