Facebook

Kamis, 15 Desember 2011

Gunung Ijen (2.386 mdpl)

Nama
:
G. Ijen  
Nama Lain
:
Gunung Kawah Ijen
Nama Kawah
:
Kawah Ijen  
Lokasi
:
Koordinat/ Geografi :  8°03,5'LS dan 114°14,5' BT. Secara administratif termasuk : Kecamatan Licin, Sempol, Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso.
Ketinggian
:
Tepi kawah 2386 m dan Danau Kawah 2145 m  
Kota Terdekat
:
33 km dari Banyuwangi 
Tipe Gunungapi
:
Strato
Pos Pengamatan
:
Terletak di Kampung Pangsungsari, Licin, Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Geografi 08°08,812' LS dan 114°15,426' BT.
Elevasi di atas muka laut
:
730 m

Danau Kawah Ijen merupakan sebuah danau yang terletak di bagian puncak gunung Ijen. Karena proses letusan gunung Ijen, kawah tersebut dipenuhi oleh air sehingga terbentuklah danau kawah yang sangat indah dan menakjubkan.


Untuk mencapai Kawah Ijen dapat ditempuh dengan dua cara yaitu dari utara dan dari selatan.
a. Lewat jalan utara
Dari Situbondo menuju Sempol (Bondowoso) lewat Wonosari kemudian dilanjutkan ke Paltuding yang dapat dicapai dengan kendaraan bermotor roda dua atau roda empat. Jarak Situbondo sampai Paltuding adalah 93 km dan kondisi jalan sampai Paltuding boleh dikatakan sangat bagus sehingga dapat ditempuh dalam waktu sekitar 2,5 jam.
b. Lewat jalan selatan
Dari Banyuwangi menuju Licin yang berjarak sekitar 15 km, yang dapat dilewati dengan kendaraan bermotor roda dua atau empat selama sekitar 30 menit. Dari Licin menuju Paltuding yang berjarak sekitar 18 km perjalanan dapat diteruskan dengan kendaraan bermotor terutama jenis jeep double gardan karena sekitar 6 km sebelum sampai di Paltuding melewati jalan yang dinamakan tanjakan erek-erek yang berupa belokan berbentuk S dan sekaligus menanjak, perjalanan memerlukan waktu sekitar satu jam, karena jalanan sering rusak oleh air hujan maupun dilewati truk  pengangkut Belerang setiap hari.
Dari Paltuding ke Kawah yang berjarak 3 km ditempuh dengan berjalan kaki melewati pondok Pengairan/pondok Irigasi sekitar 90 menit. Lewat utara dengan kendaraan roda empat atau dua.
                     23 km                        55 km                   15 km
Situbondo  -------------->  Wonosari --------------->Sempol  --------------> Paltuding
                    30 menit                       90 menit                 30 menit
 
Lewat selatan dengan kendaraan roda dua atau empat :
                          15 menit                   18 km
Banyuwangi  -------------------> Licin   --------------------> Paltuding
                          30 menit                        60 menit
 
Demografi (Kependudukan)
Daerah bahaya/waspada Gunung Ijen terdapat di tiga kabupaten yaitu Bondowoso,  Banyuwangi dan Situbondo. Jumlah penduduk yang tinggal di daerah bahaya Gunung Ijen pada tahun 1985 berjumlah 12.155 jiwa dengan luas area sekitar 65.367 km2.
Tempat pemukiman penduduk yang paling atas dan dekat dengan Gunung Kawah Ijen adalah desa Kali Anyar, Kecamatan Sempol Kabupaten Bondowoso Dulu Desa Kali Anyar termasuk dalam Kecamatan Klabang, sekarang mulai Januari 2001 dimasukkan dalam kecamatan Sempol. Berdasarkan data tahun 2001 (BPPTK), penduduk Desa Kali Anyar berjumlah 5.065 jiwa yang tersebar di 9 dusun yaitu : Plalangan, Blawan, K. Sengon, K. Gedang, Ler Penang, Sumberejo, G. Blau, Watu Capil dan Curah Macam.
Penduduk Banyuwangi yang tinggal di daerah bahaya/waspada terutama yang tinggal di daerah sepanjang aliran Kali Bendo dan Kali Mailang.
Penduduk Kabupaten Situbondo yang tinggal di daerah bahaya/waspada Gunung Ijen adalah yang terletak di sepanjang aliran Kali Banyuputih antara lain kecamatan Banyuputih dan Asem Bagus. Penduduk tersebut pada umumnya bekerja sebagai petani, pegawai perkebunan/pabrik, dan buruh.

Danau Kawah Ijen memiliki keunikan dan pesona yang khas, yaitu airnya berwarna kehijauan yang sesekali permukaan danau tersebut tertutup oleh asap belerang yang mengepul di tepi danau. Selain itu ketinggian permukaan danau ini mencapai kurang lebih 2.384 mdpl, Bila dilihat dari jarak dekat danau ini seakan-akan mendidih, karena banyaknya gelembung-gelembung udara dari dasar danau. Hal ini dimungkinkan karena adanya kegiatan gunung berapi yang terletak di bawah danau. Gelembung-gelembung tersebut terkadang diikuti oleh adanya hembusan uap dan gas yang membahayakan, sehingga pengunjung harus berhati-hati ketika menyaksikan danau ini dari dekat.
Gunung Kawah Ijen memiliki sumberdaya gunungapi bervariasi dan sangat potensial yang meliputi :
a. Sublimat belerang.
Sublimat belerang merupakan produk Gunung Kawah Ijen yang sudah dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dalam industri kimia. Belerang dihasilkan dari hasil sublimasi gas-gas belerang yang terdapat dalam asap solfatara yang bersuhu sekitar 200 °C. Kapasitas belerang rata-rata sekitar 8 ton/hari . Lapangan solfatara terletak di sebelah tenggara danau Kawah Ijen.

b. Sumber mataair panas
Sumber mataair panas bertipe asam sulfat khlorida dengan suhu 70 °C dan pH sekitar 2, 6 terdapat didekat lapangan solfatara Ijen. Sedangkan air panas netral bertipe bikarbonat dengan suhu sekitar 45 ° terdapat di dalam kaldera Ijen sebelah utara yaitu di Blawan, Kabupaten Bondowoso

c. Air Danau Kawah Ijen
Danau Kawah Ijen merupakan reaktor multi komponen yang didalamnya terjadi berbagai proses baik fisika maupun kimia antara lain pelepasan gas magmatik, pelarutan batuan, pengendapan, pembentukan material baru dan pelarutan kembali zat-zat yang sudah terbentuk sehingga menghasilkan air danau yang sangat asam dan mengandung bahan terlarut dengan konsentrasi sangat tinggi. Air danau kawah Ijen dapat dibuat gipsum dengan cara menambahkan kapur tohor kedalamnya. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan di BPPTK tiap 1 liter air kawah Ijen yang direksikan dengan kapur tohor secara stokiometri menghasilkan 100 gram gipsum.

d. Lapangan Gipsum/anhidrit
Pembentukan gipsum/anhidrit terjadi di bawah dam Kawah Ijen yaitu di hulu Kali Banyupait. Air danau kawah yang mengandung sulfat dengan konsentrasi tinggi merembes dan atau melewati batuan sehingga terbentuk gipsum. Batuan disini berfungsi sebagai sumber kalsium. Dengan adanya proses penguapan/pemanasan di permukaan gipsum yang terjadi dapat kehilangan airnya sehingga membentuk anhidrit.
 
e. Batuan vulkanik terutama batu apung
Batu apung banyak ditemukan disekitar danau kawah Ijen terutama di hulu Kali Banyupait.

f. Objek Wisata dan studi vulkanologi
Gunung Danau Kawah Ijen selain menarik dijadikan sebagai objek wisata juga sangat menarik untuk studi geologi dan geokimia.



Danau Kawah Ijen sangat indah dilihat dari bibir kawah, sesekali kita juga akan menyaksikan para penambang belerang yang menuruni kawah untuk mengambil belerang. Kaldera Ijen merupakan kaldera terbesar di pulau Jawa dengan diameter 6 km. Bentuk Danau Kawah Ijen lonjong seperti elip dengan daerah pembuangan air danau terletak sebelah barat yang merupakan hulu sungai Banyu Pahit dan Banyu Putih. Danau Kawah Ijen memiliki luas 45 hektare dengan garis tengah 950 meter dan memiliki kedalaman 176 meter.

Di dalam kaldera Ijen banyak dijumpai bukit-bukit kecil yang merupakan gunung api sekunder yang telah padam.
Letusan yang tercatat dalam sejarah adalah sebagai berikut :

1796 :
Merupakan letusan pertama yang tercatat, dan dianggap merupakan letusan preatik.
1817 : 16 Januari Penduduk sekitar Banyuwangi mendengar suara gemuruh dahsyat seperti dentuman meriam, disertai dengan gempa bumi. Pada tanggal 15 Januari terjadi banjir Lumpur menuju Banyuwangi, (Junghuhn,1853, p.1022), sedangkan Taverne (1926, p. 102) menduga kemungkinan waktu letusan 1817, sebagian besar air danau dialirkan oleh K. Banyupait.
1917      : Taverne (1926, p. 102) Menulis bahwa waktu itu air danau kelihatan mendidih bercampur lumpur dan uap kadang-kadang letusan terjadi di danau kawah, lumpur dilemparkan keatas sampai 8 – 10 m diatas muka air. Hal yang sama terulang lagi pada 7 – 14 Maret. Neuman Van Padang (1951, p 158), menganggapnya letusan pada danau kawah, dan letusan preatik pada 25 Februari dan 13 Maret.
1936 : Neuman van Padang (1936, p. 10 dan 1951, p. 158), menganggap pada 5 – 25 November terjadi letusan preatik dan letusan pada danau kawah, menghasilkan lahar seperti dalam 1796 dan 1817. Korban manusia tidak ada.
1952 : Pada 22 April pukul 6.30, terjadi letusan asap setinggi 1 km dan suara guguran terdengar dari Sempol. Di dalam kawah terjadi letusan Lumpur setinggi 7 m, hampir sama dengan peristiwa letusan 1936. Korban tidak ada. (Hadikusumo, 1950 – 1957, p. 184).
1962 : Pada tanggal 13 April, dibagian tengah permukaan danau kawan Ijen terjadi bualan gas di dua tempat yang masing-masing berdiameter sekitar 10 m. dan tanggal 18 April jam 07.42 terjadi bualan air di bagian utara danau kawah berdiameter sekitar 6 m, kemudian bualan air tersebut membesar menjadi 15 – 20 m. Pada jam 12.15 bualan air ini menyemburkan air setinggi sekitar 10 m. Warna air danau yang semula hijau muda berubah menjadi hijau keputihan.
1976 : 30 Oktober, jam 09.44 tampak bualan air pada dua tempat dekat Silenong selama 30 menit.
1991 : 15, 21 dan 22 Maret, terjadi bualan air berdiameter sekitar 5 m disertai perubahan warna air kawah dari hijau muda menjadi coklat. Menurut para penambang belerang terjadi semburan gas setinggi 25 – 50 m dengan kecepatan tinggi. Bualan ini tercacat oleh seismograf dalam bentuk gempa tremor terus menerus dari 16 – 25 Maret 1991.
1993 : Pada tanggal 3 jam 08.45 terjadi letusan preatik ditengah danau disertai tekanan kuat dan bunyi yang keras dengan semburan setinggi 75 m, Warna air dari hijau keputihan berubah menjadi kecoklatan dan permukaan danau menjadi gelap. Tanggal 4 Juli, jam 08.35 terjadi letusan preatik ditandai dengan menyemburkan air setinggi sekitar 35 m. Tanggal 7 Juli jam 02.15 terjadi letusan preatik disertai suara yang cukup keras dan terdengar sampai sejauh 1 km. Pada 1 Agustus jam 16.35, terjadi letusan preatik disertai dua suara letusan yang terdengar sampai sampai 1 km. Letusan ini didahului oleh gempa terasa disekitar puncak. Gumpalan asap berwarna putih tebal dengan tekanan kuat terlihat mencapai tinggi sekitar 500 m.
1999 : Pada tanggal 28 Juni sampai tanggal 28 Juli terjadi kenaikan aktivitas di danau kawah yang ditandai dengan kenaikan suhu air danau kawah mencapai 46 °C (3 Juli) dan pada waktu yang bersamaan suhu solfatara 1 ,4 dan 5 masing-masing 198°C, 176 dan 168 °C .Pada tanggal 8 Juli terjadi penurunan suhu air danau kawah pada lokasi yang sama menjadi 40 °C sedangkan suhu solfatara mengalami peningkatan masing-masing menjadi 210, 221 dan 207 °C
2000 : Pada tanggal 6 Juni 2000 terjadi peningkatan aktivitas yang ditandai dengan adanya kenaikan suhu danau kawah Ijen sampai mencapai 55 °C dan terjadi letusan preatik. Dari data seismic tercatat adanya peningkatan jumlah gempa, terjadi juga gempa vulkanik dan tremor yang kemudian jumlahnya meningkat pada akhir bulan Juli. Tinggi asap diatas kawah yang semula 25 m, pada akhir pertengahan September naik menjadi 50 m diatas kawah.Seminggu kemudian aktivitas menurun antara lain ditandai dengan tinggi asap yang kembali menjadi 25 m dan air danau kawah turun menjadi kurang dari 40 °C.
2001 : Tanggal 8 januari terjadi peningkatan aktivitas vulkanik ditandai dengan adanya bualan air danau seperti mendidih, bau gas solfatara sangat tajam, terdengar suara blaser yang nyaring dan asap putih tebal dengan tekanan yang kuat (arah asap tegak lurus) dan pada lokasi penambangan belerang terjadi kebakaran belerang, menurut pegawai solfatara telah terjadi letusan di air danau kawah kemungkinan letusan preatik. Pada tanggal 14 Januari suhu permukaan air danau kawah di Dam mencapai 48 °C.



Karakter Letusan
Letusan yang pernah terjadi adalah preatik dan magmatik. Letusan preatik lebih sering terjadi karena Gunung Ijen berdanau kawah sehingga adanya kontak langsung atau tidak langsung antara air dengan magma membentuk uap yang bertekanan tinggi yang menyebabkan terjadinya letusan.

Periode Letusan
Dari sejarah kegiatannya, sejak tahun 1991 letusan preatik terjadi setiap satu sampai 3 tahun sekali. Sedangkan tahun 1917 sampai 1991 periode letusan tercatat 6 sampai 16 tahun sekali. Letusan besar yang menelan korban manusia adalah pada tahun 1817.
 

GEOLOGI

Pegunungan Ijen terletak di bagian ujung timur Pulau Jawa mulai dari selat Bali sampai daerah Bondowoso meliputi luas 500 km2, terdiri dari endapan vulkanik antara lain abu gunungapi, lapili, bom gunungapi dan leleran lava. Letusan yang menghancurkan puncak gunungapi di pegunungan Ijen adalah Gunung Raung dan Kawah Ijen.
Morfologi
Daerah Ijen dan sekitarnya terdiri dari dataran tinggi, bukit-bukit gunungapi dalam kaldera, lereng dan dataran yang merupakan daerah pengendapan. Kemmerling (1921, hal 15) membagi morfologi Ijen menjadi lima satuan yaitu :
  1. Runtuhan gunungapi Ijen tua, Gunung Kendeng dan Gunung Ringgih (kira-kira 2000 m).
  2. Kelompok gunungapi sebelah timur, termasuk Gunung Merapi, Kawah Ijen, Gunung Papak, Widodaren dan Pawenan.
  3. Kelompok gunungapi sebelah selatan termasuk Gunung Rante, Cilik (1600 m).
  4. Kelompok gunungapi sebelah barat termasuk Gunung Jampit, merupakan bendungan jebol dari Gunung Raung dan Suket.
  5. Dataran tinggi Ijen dengan kelompok gunungapi parasit yang terdiri dari kumpulan gunungapi yang terletak ditengah-tengah. Dataran tinggi Ijen dan gunungapi kecil seperti Gunung Kukusan, Deleman, Pendil dengan kawahnya sedalam 100 m; Gunung Kenteng, Panduan, Anyar dan Gunung Lingker.
Sesuai dengan kebutuhan Direktorat Vulkanologi yaitu untuk penentuan daerah bahaya maka Reksowirogo (1971), membagi daerah Gunung Ijen menjadi tiga satuan morfologi, yaitu ;
1. Tanah Tinggi Ijen
Tanah tinggi Ijen terdiri dari puncak-puncak gunung, dataran dan bukit-bukit. Di dalam daerah ini terdapat gunungapi yang masih aktif maupun yang sudah padam (tidak ada lagi kegiatan volkanik). Gunungapi yang masih aktif diantaranya Kawah Ijen dan Gunung Raung, sedangkan gunungapi padam disantaranya Gunung Blau, Pawenan, Papak, Widodaren, Lempuyangan, Rante, Lebu agung, Kukusan, Delaman, Pedot, Cilik, Pendil, Jampit, Genteng, Anyar, Lingker, Melaten dan Merapi.

Dataran di tanah tinggi
Batas-batas dataran tersebut adalah disebelah utara Gunung Pendil, Blawan, Blau dan Gunung Rante disebelah barat laut. Dataran ini sebagian besar terdiri dari perkebunan kopi Blawan, Jampit dan Kali Sat.
Bukit-bukit di Tanah Tinggi
Terdiri dari puncak-puncak tinggi dab hulu sungai. Puncak tinggi hampir semuanya gunungapi parasit yang terjadi setelah terbentuknya kaldera Ijen yang meliputi Kawah Ijen, Gunung Ranti, Pawenan, Merapi, Ringgih, Widodaren, Kukusan dan Papak. Sungai yang berhulu langsung di tepi kawah Ijen adazlah sungai Banyupait dan Bendo.
2. Daerah sekitar Lereng
Merupakan daerah pengikisan yang letaknya sebelah utara gunung antara ketinggian 1550 m sampai 150 m, sebelah timur dari ketinggian 800 m sampai dengan 100 m dan sebelah selatan dari ketinggian 1400 m sampai 300 m.
3. Daerah dataran
Merupakan daerah pengendapan yang terdiri dari pesawahan, perkampungan, tegalan, perkebunan, kota dan sungai.   

Batuan Gunungapi Ijen

Erupsi gunungapi Ijen mengeluarkan gas, material piroklastik yang terdiri dari pasir, abu dan bom gunungapi yang semuanya bersifat batuapungan. Jenis batuan gunungapi Ijen menurut Brouwer (dalam Kemmerling,1921) terdiri dari andesit augit hipersten.
Bentuk dan Struktur Kawah Ijen 
Kawah Ijen dan Gunung Merapi merupakan dua gunungapi kembar (Taverne, 1926, hal.99), sedangkan Neuman Van Padang (1951, hal. 157) menulis bahwa Kawah Ijen dibentuk oleh gunungapi kembar dengan gunung Merapi yang telah padam, yang terdapat di tepi timur dari pinggir kaldera besar Ijen. Kawah Ijen berbentuk elips karena perpindahan pipa kepundan. Dinding kawah yang terendah terletak di sebelah barat dan merupakan hulu Kali Banyupait. Sekarang kawah berukuran 1160 m x 1160 m pada ketinggian antara 2386 dan 2148 m diatas muka laut.
Danau kawah Ijen berukuran 910 m x 600 m pada ketinggian 2148 dan kedalaman 200 m. Volume air danau sekitar 30 juta m3 (Takano,dkk, 1996).
GEOFISIKA


Gaya Berat
Berdasarkan interpretasi data gaya berat , Untung dkk (1978), menyusun peta struktur pulau jawa antara lain disebutkan bahwa arah umum anomali pulau Jawa adalah barat timur, dimana di daerah jawa barat membelok kearah barat laut sementara di Jawa bagian tengah dan timur membelok ke arah tenggara.

Pada zona kendeng di Jawa timur mempunyai anomali negatif lebih besar dari –60 mgal dan busur anomali negatif ini masih dapat dilacak sampai selat Madura.

Berdasarkan peta anomali Bouguer yang disusun oleh Untung (1974), Sukardi dkk (1976 dalam Untung, 1978), menggambarkan sesar-sesar di Jawa yaitu sesar-sesar berarah barat laut tenggara yang kurang lebih mengarah ke Sumatera, Sesar-sesar timur laut- barat daya terdapat di Jawa bagian timur dan Kalimantar Timur. Sistem sesar yang berjurus timur – barat juga ditemukan di daerah Jawa Timur.

Penyelidikan gaya berat Gunung Ijen telah dilakukan  pada tahun 1992 oleh Yohana, T.dkk, menyimpulkan bahwa pada daerah amblasan terjadi perubahan nilai residual secara tiba-tiba Pada daerah kaldera tua nilai residualnya rendah.

 


Seismik

Metoda seismik digunakan sebagai ujung tombak pemantauan aktivitas kawah Ijen. Semula digunakan seismograf elektromagnetik satu komponen yang hanya dapat menganalisa jenis gempa. Alat ini ditempatkan di pos Pengamatan lama yaitu di Paltuding. Pada tahun 1985 peralatan seismik tersebut rusak karena transducer terkena petir.

Pada tahun1985 Direktorat Vulkanologi bekerja sama dengan USGS (United States Geological Survey). memasang RTS (Radio Tele Seismografh) PS-2 yang ditempatkan di puncak Kawah Ijen.Sistim telemetri dan seismometer dipasang pada terowongan di Puncak Kawah Ijen, terletak di tepi selatan bibir kawah pada ketinggian 2380 m. Radio receiver dan seismograf PS-2 ditempatkan di Pos Ijen (Licin). Jarak transmitter dengan receiver sekitar 12 km. Sistim penangkap gempa jarak jauh (RTS) di Kawah Ijen dapat mencatat gempa Gunung Ijen dan gempa tektonik jauh.

 


Geomagnit

Penyelidikan geomagnit yang telah dilakukan oleh Palgunadi dkk, (1992) bertujuan untuk melihat struktur kaldera Ijen, dimana stuktur dan variasi batuan yang ada akan menimbulkan suatu anomali. Didalam peta magnit total, Gunung Ijen terletak diantara 45.000 – 46.000 gamma dengan sudut inklinasi sebesar kurang lebih 35 ° 20’ dan sudut deklinasi 04°. Dari hasil penyelidikan didapatkan bahwa kawah Ijen mempunyai harga negatif sedangkan harga yang relatif tinggi mendominasi bagian barat laut dan tenggara. Secara kualitatif dapat diperkirakan bahwa bagian barat daya terdapat suatu body magnetik, dibagian tengah(Kawah Ijen) terdapat suatu intrusi dan di Kreter Gunung Ijen dan sekitarnya terdapat suatu pengaruh panas sedangkan kearah tenggara kembali terdapat suatu body magnetik serta kemungkinan adanya struktur patahan.

GEOKIMIA

Pada saat ini aktivitas vulkanik Gunung Ijen yang tampak di permukaan adalah berupa komplek solfatara dengan suhu mencapai 200°C, air danau kawah yang sangat asam dan mataair panas Sibenteng yang muncul dekat solfatara sebagai bagian dari manifestasi panasbumi. Geokimia Gunung Ijen meliputi : gas , air dan batuan.
Gas solfatara
Komposisi kimia gas solfatara Gunung Ijen terutama terdiri dari : H2O, CO2, H2S, HCl, SO2, N2, O2 dan H2, masing-masing dengan konsentrasi yang makin menurun. Prosentase H2O merupakan yang paling dominan.
Perubahan tingkat aktivitas vulkanik Gunung Ijen yang disebabkan oleh adanya perubahan suhu dan atau tekanan di kedalaman secara langsung ditunjukkan oleh adanya perubahan komposisi kimia gas. Hal ini dapat dilihat menjelang letusan preatik 6 Juni 2000, komposisi kimia pada bulan Mei 2000, dimana konsentrasi air turun sedangkan gas-gas lainnya meningkat. Komposisi kimia gas solfatara Ijen dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Komposisi kimia Gas Gunung Ijen (% mole)
Unsur
Mei 2000
Mei 2001
Agustus-2001 (Ijn-1)
Agustus-2001 (Ijn-2)
Agustus-2001 (Ijn-3)
H2
2,38.10-3
0,002
1,498.E-3
1,44.E-3
3,09.E-4
O2 + Ar
0,82
0,05
0,07
0,05
0,06
N2
2,57
1,29
0,34
0,37
0,32
CO
-
-
-
-
-
CO2
16,58
13,76
13,56
16,90
14,41
SO2
-
2,66
0,87
0,51
1,79
H2S
2,31
1,13
2,16
2,77
2,10
HCl
21,32
2,43
2,09
2,71
0,69
H2O
56,39
78,67
80,91
76,68
80,63
Suhu, °C
200
204
202
202
202
 
Dari gas solfatara Gunung Ijen telah dapat diambil belerang dengan cara sublimasi yaitu melewatkan gas melalui pawon-pawon yang terbuat dari pipa baja berdiameter 20 cm dengan panjang masing- masing antara 2 m sampai 10 m.
Proses sublimasi adalah proses fisika yaitu perubahan fase dari gas belerang menjadi belerang padat yang disebabkan oleh adanya penurunan suhu. Khusus untuk senyawa belerang pada waktu terjadi penurunan suhu selain terjadi proses fisika juga terjadi proses kimia menurut reaksi :
 
                  2 H2S     +       SO2     ======         2 H2O     +       3 S
 
Tingkat pembentukan S tergantung pada kinetika reaksi dan oleh karena itu tergantung pada waktu tinggal (“residence time”) gas pada suhu yang lebih rendah dan kemungkinan adanya katalisator atrau unsur lain seperti uap air.
 
Air
Geokimia air di Gunung ijen dapat meliputi air danau kawah dan hulu Kali Banyupait, mataair panas serta mataair dingin.
Air danau Kawah Ijen
Visual Air Kawah Ijen
Air danau Kawah Ijen berwarna hijau muda, suhu 36 °C dan pH = 0,5 dengan DHL = 29.000 umhos/cm. Permukaan air berada pada ketinggian 2160 m (dpl), dari pengukuran jarak permukaan air ke Dam pada bulai Mei 2000 dan September 2000, permukaan air kawah mengalami penurunan sekitar 3 m. Uap air berketinggian sekitar 20 m dari permukaan air danau dan terasa pedih di mata. Belerang mrica terdapat menempel di dinding danau dan terapung di permukaan air di sebelah barat dana Kawah Ijen, yang merupakan hulu dari Kali Banyupait.

Kawah Ijen



Elemen sulfur dapat ditransformasikan kedalam cairan selama terjadinya proses pendinginan gas mgmatik, dengan reaksi

SO2   +     H2S   ----à     H2O   +       S

Karena kelarutan belerang sangat terbatas terutama dalam kondisi asam dan dalam kondisi  oksidasi pertengahan, belerang akan mengendap dan sebagian terapung di permukaan air sebagai belerang mrica. Air danau Kawah Ijen adalah air meteorit/hujan yang mengandung ion-ion terlarut terutama anion dengan konsentrasi tinggi sehingga air tersebut mempunyai derajat keasaman yang sangat tinggi (pH = 0,5). Ion sulfat dan  chlorida serta gas CO2 terlarut merupakan komponen utama yang berasal dari magmatik gas sedangkan kation Al, Fe, Ca, Mg, Na, K dan lainnya bersumber dari pelarutan batuan sekitarnya (country rock) yang disebabkan oleh sifat reaktivitas larutan asam tersebut.

Air danau Ijen merembes ke hulu Kali Banyupait yang berada di bagian barat danau melalui lapisan batuan piroklastik. Lokasi rembesan terdapat di dasar maupun di dinding hulu Kali Banyupait pada jarak dari danau dan ketinggian yang berbeda, kemudian bersatu membentuk aliran air Kali Banyupait. Pada lokasi munculnya rembesan maupun sepanjang Hulu Kali Banyupait yang dilewati aliran air tersebut terdapat gipsum/anhidrit yang telah terbentuk secara alami baik di dasar maupun di dinding hulu Kali Banyupait.

 

Pengukuran suhu permukaan air danau Ijen

Pemantauan suhu air danau kawah Ijen yang dilakukan oleh pengamat di Gunung Ijen setiap minggu. Perubahan suhu air danau Kawah Ijen selama tahun 2000 sampai 2001 disajikan dalam gambar berikut ini 
Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa kenaikan aktivitas ditunjukkan juga dengan adanya kenaikan suhu air danau di permukaan.

 

Komposisi kimia air Danau Kawah Ijen

Komposisi kimia air danau kawah Ijen merupakan fungsi dari aktivitas vulkanik yang terjadi dan pengenceran oleh air permukaan terutama pada musim hujan. Sebagai contoh perubahan yang terjadi akibat perubahan tingkat aktivitas di sajikan dalam tabel dibawah ini.

Komposisi kimia air K Ijen Mei - Nop 2000 (dalam satuan ppm)

Unsur
26 Mei 2000
27 Mei 2000
28 Mei 2000
setelah 6 Juni 2000
Sep-00
Nop-00
SiO2
44,28
51,21
47,83
54,74
67,72
43.14
Al
3.658,50
4.508,00
4.725,50
3.968,00
4.116,5
1.357,0
Fe
1.972,50
2.355,50
2.387,00
2039,50
2.405,0
782,5
Ca
555,00
632,50
629,00
556,5
812,5
343,0
Mg
355,00
422,50
438,00
382,00
590,0
141,0
Na
354,00
476,00
502,00
376
675,0
239,5
K
1.128,00
1.460,00
1.534,50
1.213,00
1.022,8
488,7
Mn
23,92
28,98
30,73
25,44
30,50
10,90
NH3
129,17
160,88
160,42
156,29
249,06
141,53
Cl
35.329,34
32.185,63
38.802,39
34.131,70
24.288,26
27.523,0
SO4
48.190,79
59.046,05
60.855,26
52.467,10
63.934,42
28.652,6
CO2
57,588,74
74,756,70
75.843,28
59.327,68
76.545,6
29.920,0
B
24,39
77,19
102,69
28,24
38,92
8,52
H2S
6,72
13,95
9,3
7,75
14,83
2,75
pH
< 0
< 0
< 0
< 0
0,5
0,5
DHL umhos/cm
32.000
32.000
32.000
32.000
29.000
21.000
Suhu, °C
29
50
49
49
36
20

  

Komposisi kimia Mataair panas di Belawan dan Mataair panas Sibanteng (Mei 2000) dalam satuan ppm

Unsur
MAP bwh jebt (dekat Byp-4)
MAP dekat air terjun
MAP Belawan
(dekat K. Sat)
MAP Belawan
M.A.P. Sibanteng
(27 Mei 2000)
SiO2
68,58
68,04
65,54
68,00
70,52
Al
0,00
0,00
0,00
0,00
1.172,00
Fe
0,00
0,00
0,00
0,00
457,05
Ca
54,90
63,55
51,05
100,60
348,00
Mg
71,80
83,70
56,60
72,90
14,51
Na
83,45
79,00
82,80
59,75
45,20
K
68,45
55,55
66,76
53,03
246,75
Mn
0,08
0,14
0,10
0,16
1,18
NH3
2,01
1,99
2,26
2,06
115,27
Cl
347,43
370,28
317,71
445,71
13.997,01
SO4
269,54
293,97
209,28
346,91
10.773,03
HCO3
862,69
798,43
783,31
730,46
-
B
0,06
0,51
0,34
0,24
2,91
H2S
6,20
6,2
7,23
0,00
4,13
pH
1400
6,77
7,08
7,08
1,86
DHL umhos/cm
1400
1400
1200
1200
9000
Suhu, °C
48
44
50
48
55



  Batuan Beku

Lava-lava yang diambil dari dalam kaldera Gunung Ijen bervariasi dari basalt, basaltik andesit sampai andesit. Berwarna abu-abu hitam sampai abu-abu terang, bertekstur hipokristalin porfiritik. Fenokris berkisar antara 32 – 60 % dari volume batuan. Fenokris umumnya terdiri dari plagioklas, olivin klinopiroksin, orto piroksin dan oksida besi. Olivin terdapat melimpah dalam basalt dan makin berkurang dalam basaltik andesit. Biotit hanya terdapat dalam andesit gunung Gelaman sebagai fenokris. Hampir seluruh kristal-kristal dalam keadaan segar, hanya sebagian kecil nampak ada altrasi berupa kloritisasi, kaolinitisasi dan senoentisasi. Plagioklas merupakan fenokris utama pada lava-lava gunungapi Ijen, komposisi berkisar antara andesit – labradorit (An34 – An40).



Kandungan Silika berkisar antara 48,21 – 62,32 % berat. Hampir semua major elemen mempunyai hubungan negatif dengan SO2, kecuali K2O, Na2O dan P2O5. Kandungan trace elemen seperti Rb, Ba, Zr relatif meningkat dengan bertambahnya SiO2, sedangkan kandungan V dan Ni relatif menurun. Rendahnya harga-harga trace elemen (Ni, Sr, Cr) mencirikan magma gunung Ijen berasal dari magma turunan.

Komposisi kimia lava-lava dari dalam Kaldera Ijen (Sitorus, K., 1990) disajikan pada tabel dibawah ini.

 Tabel komposisi kimia batuan Gunungapi Ijen (Kastiman Sitorus, 1990) lanjutan 

sample
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
Major elemen (Wt,%)
 
 
 
 
 
 
SiO2
57,21
49,00
51,65
48,21
49,76
57,88
Al2O3
17,16
18,21
19,47
18,07
20,20
16,97
Fe2O3
7,66
12,16
9,71
10,87
9,45
7,41
CaO
6,70
9,70
9,05
9,35
9,39
6,41
MgO
2,93
5,19
3,47
4,17
3,64
2,82
Na2O
4,00
2,73
3,03
2,70
3,11
3,60
K2O
2,60
1,40
1,45
0,86
1,29
2,59
MnO
0,15
0,20
0,20
0,20
0,16
0,15
TiO2
0,80
1,20
0,88
1,01
1,04
0,77
P2O5
0,22
0,22
0,24
0,30
0,28
0,19
HD
0,60
-0,38
0,53
4,39
0,74
0,88
Trace elemen (ppm)
 
 
 
 
 
 
Ga
18
21
20
20
21
18
Pb
11
9
9
7
7
12
Rb
67
34
32
17
26
68
Sr
423
497
633
560
584
406
Th
7
5
3
4
4
8
U
3
1
1
0
2
3
Y
32
27
26
29
28
31
As
3
3
2
1
0
4
Sc
19
32
18
30
26
16
V
172
381
175
268
281
169
Cr
7
11
4
14
8
8
Ba
623
478
462
403
416
645
La
19
11
15
14
14
15
Ce
46
34
46
45
42
41
Ni
9
23
7
41
1310
 
Cu
22
211
60
109
117
48
Zn
61
89
83
91
79
62
Zr
167
94
102
104
86
170
Nb
6
3
4
5
5
8

 

Tabel komposisi kimia batuan Gunungapi Ijen (Kastiman Sitorus, 1990) lanjutan

sample
1.7
1.8
1.9
1.10
1.11
1.12
Major elemen (Wt,%)
 
 
 
 
 
 
SiO2
52,78
62,32
55,21
53,48
53,80
54,16
Al2O3
18,28
18,45
17,89
18,26
18,06
17,99
Fe2O3
10,28
6,12
9,17
9,26
9,84
9,58
CaO
7,63
4,84
7,01
7,50
7,39
7,27
MgO
3,70
2,01
3,15
3,56
3,47
3,35
Na2O
3,48
3,35
3,51
3,40
3,52
3,54
K2O
2,19
3,41
2,53
2,22
2,31
2,42
MnO
0,19
0,12
0,18
0,19
0,18
0,18
TiO2
1,02
0,66
0,95
0,99
0,97
0,96
P2O5
0,35
0,11
0,33
0,33
0,32
0,32
HD
0,15
0,61
-0,18
-0,02
0,04
0,05
Trace elemen (ppm)
 
 
 
 
 
 
Ga
19
18
19
19
20
19
Pb
8
17
12
11
12
1
Rb
63
102
73
64
65
68
Sr
487
363
456
485
476
467
Th
8
12
8
6
7
7
U
2
3
3
2
3
1
Y
35
31
37
35
36
37
As
5
6
6
4
3
3
Sc
24
12
19
22
21
20
V
211
113
171
187
193
184
Cr
8
5
5
5
5
6
Ba
618
707
648
630
625
639
La
21
20
19
18
19
19
Ce
54
48
52
49
51
52
Ni
11
7
9
11
10
10
Cu
62
25
76
76
77
69
Zn
91
53
79
84
86
86
Zr
152
222
173
152
157
164
Nb
6
10
7
6
8
7

 

Tabel komposisi kimia batuan Gunungapi Ijen (Kastiman Sitorus, 1990) lanjutan 

sample
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
1.18
Major elemen (Wt,%)
 
 
 
 
 
 
SiO2
53,80
54,38
55,24
55,98
48,65
59,64
Al2O3
18,35
18,09
18,71
20,22
18,61
17,68
Fe2O3
9,93
9,65
7,48
7,15
12,17
6,75
CaO
7,46
7,30
7,29
8,94
9,79
5,87
MgO
3,55
3,14
2,75
2,88
5,19
1,75
Na2O
3,66
3,46
3,47
3,38
2,88
3,36
K2O
2,32
2,36
2,11
1,50
1,39
2,07
MnO
0,18
0,18
0,14
0,17
0,20
0,13
TiO2
1,00
0,97
0,76
0,59
1,19
0,60
P2O5
0,37
0,33
0,24
0,27
0,23
0,23
HD
0,25
-0,12
1,99
1,19
-0,32
2,26
Trace elemen (ppm)
 
 
 
 
 
 
Ga
20
19
19
18
21
19
Pb
10
11
11
10
8
12
Rb
6
69
57
29
35
59
Sr
427
469
471
668
495
467
Th
7
7
7
3
4
6
U
2
2
1
0
1
2
Y
36
36
29
28
26
41
As
5
5
3
1
2
2
Sc
25
20
16
14
34
11
V
201
184
160
89
387
86
Cr
8
6
6
3
10
4
Ba
621
644
496
494
474
611
La
20
19
17
15
11
22
Ce
51
51
52
36
34
50
Ni
12
10
8
5
23
7
Cu
76
79
75
38
219
26
Zn
91
84
73
85
88
87
Zr
155
163
173
109
92
173
Nb
6
7
6
3
4
9

 

 Batuan lain

Sebagian batuan beku ada yang sudah terubah menjadi batuan ubahan/ altrasi. Proses altrasi yang paling intensif terjadi di areal solfatara karena adanya pengaruh gas solfatara bersuhu tinggi. Di Gunung Ijen juga dijumpai batu apung dan belerang mrica sering terdapat di permukaan air danau Kawah Ijen. Komposisi kimia batuan tersebut disajikan pada tabel dibawah ini.

 Komposisi kimia batuan beku dan lainnya Gunungapi Ijen (dalam satuan % berat) 

Unsur
Batuan Beku
M.A.P. Sibanteng
Batuan Altrasi
M.A.P. Sibanteng
Belerang Mrica
D. Kawah ujen
Batu apung
SiO2
55,26
0,00
15,54
66,41
Al2O3
15,44
39,09
1,67
12,15
Fe2O3
8,41
0,03
0,37
3,23
CaO
8,57
0,13
0,40
1,87
MgO
2,51
0,05
0,09
0,89
Na2O
4,25
5,02
0,19
1,94
K2O
2,89
1,96
0,21
2,52
MnO
0,14
0,00
0,00
0,07
TiO2
0,90
0,00
0,32
0,56
P2O5
0,00
0,00
0,00
0,14
H2O
0,77
2,24
4,88
1,24
HD
1,44
51,13
76,30
4,73

Waktu sampling : Juni 2001



Pembentukan Gipsum

Pembentukan gypsum di hulu K. Banyupait (bawah Dam K. Ijen terjadi mulai dari jarak 25 m dari dam sampai pada jarak sekitar 2 km dari dam.. Komposisi kimia gypsum (dalam satuan % berat) dari sekitar 12 contoh  sangat bervariasi seperti dibawah ini :

Unsur
Gipsum
SiO2
0.- 9,09
Al2O3
0,18 – 13,19
Fe2O3
0,03 – 0,64
CaO
40 – 54,03
MgO
0,00 – 1,86
Na2O
0,03 – 0,95
K2O
0,01 – 0,27
MnO
0,00 – 0,07
TiO2
0,00 – 0,10
P2O5
0,03 – 0,07
H2O
3,47 – 12,71
HD
11,66 – 60,04
SO3
30,26 – 45,15



Sistem Pemantauan
Sistem pemantauan kegiatan vulkanik Gunung  Ijen dilakukan dengan cara visual dan instrumental.
 a.      Pemantauan Visual
Pengamatan visual yang langsung dipantau dari Pos PGA antara lain : suhu udara, curah hujan arah angin, bau gas belerang, serta tinggi dan warna hembusan asap kawah. Pengamatan secara visual yang dilakukan secara rutin setiap minggu oleh pengamat Gunungapi Ijen dengan cara pemeriksaan puncak yang meliputi danau kawah yaitu : warna air danau kawah, suhu udara, suhu air permukaan danau, tinggi dan tekanan uap air danau kawah serta solfatara yang meliputi: asap solfatara, warna , tekanan dan bau gas dari solfatara
Gunung Ijen mempunyai danau kawah dengan derajat keasaman air yang sangat tinggi (pH  = < 0,5) dan bersuhu antara 20 sampai 50 °C. Pada kondisi aktif normal air danau berwarna hijau muda bersuhu kurang dari 40 °C, uap air tipis dan kadang-kadang terdapat gelembung-gelembung kecil terutama dekat solfatara serta di beberapa tempat di permukaan terdapat belerang merica. Asap solfatara berwarna putih tipis kekuningan, hembusan gas cukup kuat kadang-kadang bau gas tercium tajam.
 
b.      Pemantauan Instrumental
Pemantauan aktivitas vulkanik secara terus menerus dilakukan dengan peralatan kegempaan. Pengukuran suhu solfatara, mataair panas Sibanteng dan suhu air danau dilakukan secara rutin seminggu sekali, sedangkan pengamatan instrumenal geokimia, dan geofifika lainnya dilakukan secara temporer.
Pemantauan kegempaan Gunung Ijen yang dilakukan secara menerus menggunakan seismograf system pancar (radio). Peralatan seismometer (penangkap gempa) dipasang di pinggir danau kawah sebelah utara (?), sedangkan recorder (perekam gempa) di tempatkan di Pos Pengamatan Gunungapi Ijen.
Biasanya jenis gempa yang terekam di GunungIjen adalah gempa tektonik (jauh dan dangkal), vulkanik (dalam dan dangkal), hembusan dan tremor. Pada kondisi normal jumlah gempa vulkanik A (dalam) maupun B (dangkal) nasing-masing kurang dari 5 kejadian dalam sehari. Aktivitas vulkanik Gunung Ijen dianggap meningkat bila jumlah gempa vulkanik baik dangkal maupun dalam masing-masing lebih dari 10 kejadian sehari, terutama bila diikuti oleh munculnya gempa tremor yang tercatat secara menerus.
Kenaikan suhu air danau kawah yang mendadak secara signifikan sampai 10 °C dapat menunjukkan adanya kenaikan aktivitas vulkanik, terutama bila kenaikan tersebut terjadi pada musim hujan.

0 komentar:

Posting Komentar